13 September 2008

Harus Bangun Pagi Pagi

"Bangunlah hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!"(Mazmur 57:9)

Pernah seorang saudari mengucapkan perkataan yang baik sekali: "Berapa besar kasih seseorang kepada Tuhan, pertama da¬pat dilihat dari pilihannya atas tempat tidur atau Tuhan. Anda lebih mengasihi tempat tidur, ataukah lebih mengasihi Tuhan? Orang yang lebih mengasihi tempat tidur akan tidur lebih lama lagi, jika lebih mengasihi Tuhan, ia akan bangun lebih pagi. Jadi, jika Anda lebih mengasihi Tuhan, Anda harus bangun lebih pagi.”

Mengapa orang Kristen harus bangun pagi-pagi? Karena pa¬gi hari adalah waktu yang terbaik untuk berjumpa dengan Tuhan. Bagi orang yang sehat, bangun lebih pagi adalah lebih baik. Ka¬rena pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk berjumpa dengan Tuhan, bersekutu dan berkomunikasi dengan Tuhan. Manna harus diambil sebelum matahari terbit (Kel. 16:14-21). Kalau matahari su¬dah terbit, manna itu akan mencair, sehingga kita tidak bisa ma¬kan manna. Jika Anda ingin di hadapan Tuhan memperoleh ra-watan rohani, mendapat pembinaan rohani, mempunyai persekutuan yang indah, mendapatkan makanan rohani, Anda harus bangun pagi-pagi. Jika terlambat, tidak bisa mendapatkan manna. Pada pagi-pagi hari, Allah teristimewa akan membagi-bagikan makanan rohani, persekutuan yang kudus kepada anak-anakNya. Siapa terlambat mengambil, tidak akan memperolehnya.

Banyak anak Allah yang berada dalam keadaan sakit, bukan karena mereka mempunyai kesulitan rohani yang lain, melainkan karena mereka terlambat bangun pagi. Banyak anak Allah yang per¬sembahannya baik, bergairah, juga sangat mengasihi Tuhan, na¬mun karena mereka terlambat bangun pagi, mereka tidak bisa menampilkan penghidupan orang Kristen yang normal. Anda jangan mengira hal ini merupakan perkara sepele yang tidak ada sangkut pautnya dengan perkara rohani; sesungguhnya, hubungannya besar sekali. Banyak orang yang telah mengeluarkan waktu bertahun-tahun, namun masih tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik, ini dikarenakan bangunnya terlalu lambat. Kita tidak pernah menemukan orang yang pandai berdoa bangunnya terlambat, kita juga tidak pernah mengenal orang yang mempunyai persekutuan yang intim dengan Tuhan bangunnya terlambat. Se¬mua orang yang mengenal Allah selalu bangun pagi-pagi, datang ke hadirat Allah untuk bersekutu.

Amsal 26:14 mengatakan, "Seperti pintu berputar pada eng¬selnya, demikian si pemalas di tempat tidumya." Orang yang malas terus berputar pada tempat tidurnya, tidak meninggalkan tempat tidurnya. Ia berputar ke dalam, tidur di tempat tidurnya; berputar keluar, juga tidur di tempat tidurnya. Berputar ke sana ke mari selalu berada di tempat tidur. Banyak orang sayang terhadap tempat tidurnya. Balik ke dalam, tempat tidur itu yang ia sayangi; balik keluar, tempat tidur itu tetap menyenangkan. Ia senang tidur, tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya. Tetapi kalau mau belajar melayani Allah, mau belajar menjadi orang Kristen yang baik, tiap hari harus bangun lebih pagi, pada pagi- pagi hari harus su¬dah bangun.

Siapa yang bangunnya pagi-pagi, dia akan mendapatkan banyak faedah rohani. Doa pada waktu biasa tidak dapat meme¬nangkan doa pada pagi-pagi hari. Pembacaan Alkitab pada waktu biasa tidak bisa memenangkan pembacaan Alkitab pada pagi-pagi hari. Persekutuan dengan Tuhan pada waktu biasa, tidak bisa memenangkan persekutuan dengan Tuhan pada waktu pagi-pagi hari. Pagi-pagi adalah waktu yang paling baik. Kita tidak seharusnya menggunakan waktu yang paling baik untuk perkara-perkara yang lain. Kita harus menggunakan waktu yang paling baik dalam satu hari, yaitu pagi-pagi hari, digunakan di hadapan Tuhan. Banyak orang Kristen menggunakan waktu sepanjang hari untuk perkara-perkara yang lain, sampai malam hari, sewaktu ia paling lelah, hampir naik tempat tidur, baru berlutut berdoa, membaca Alkitab. Tidak heran kalau pembacaan Alkitabnya tidak baik, berdoanya tidak baik, persekutuannya dengan Tuhan juga tidak baik, karena ia bangun terlalu lambat. Sebab itu begitu kita percaya Tuhan, harus belajar pada pagi-pagi hari meluangkan waktu untuk bersekutu dengan Allah, berhubungan dengan Allah


Selengkapnya...

12 September 2008

Anak Allah atau Anak Manusia Yang Ditakuti Satan

Kalau kita membaca pencobaan satan terhadap Tuhan Yesus di padang gurun di dalam kitab Matius sepertinya ada suatu perbincangan yang tidak nyambung antara Satan dengan Tuhan. Satan selalu menyebut Tuhan Anak Allah, tetapi Tuhan bersikukuh menyatakan dirinya adalah Anak Manusia. Memang benar Tuhan memiliki dua status ini, tetapi pasti ada yang istimewa mengapa Tuhan bersikukuh Dia adalah Anak manusia.


Kristus berpuasa dalam keinsanian-Nya, berdiri pada kedudukan sebagai manusia. Di pihak lain, Dia juga adalah Anak Allah, seperti yang telah dinyatakan oleh Allah Bapa pada saat Dia dibaptis ( Mat 3:17). Untuk merampungkan ministri-Nya bagi Kerajaan Surga, Dia harus mengalahkan musuh Allah, Iblis, Satan. Hal ini harus dilakukan-Nya sebagai manusia. Karena itu, Dia berdiri sebagai manusia untuk menghadapi musuh Allah. Mengetahui hal ini, Iblis mencobai Dia agar Dia meninggalkan kedudukan-Nya sebagai manusia dan mempertahankan kedudukan-Nya sebagai Anak Allah. Empat puluh hari sebelumnya, Allah Bapa telah menyatakan dari surga bahwa Dia adalah Anak yang dikasihi Bapa. Pencoba yang licik itu mengambil pernyataan Allah Bapa sebagai dasar untuk mencobai Dia. Jika Dia mempertahankan kedudukan-Nya sebagai Anak Allah di hadapan musuh, Dia akan kehilangan kedudukan untuk mengalahkan musuh

Satan menyebut Yesus sebagai Anak Allah (Mat 8:29), tetapi roh jahat tidak mengakui bahwa Yesus datang dalam tubuh daging ( 1Yoh 4:3), karena dengan mengakui Yesus sebagai manusia, mereka menyatakan bahwa mereka sudah kalah. Meskipun setan mengakui Yesus sebagai Anak Allah, ia tidak akan membiarkan manusia mempercayai Dia sebagai Anak Allah, karena dengan berbuat demikian, manusia akan beroleh selamat ( Yoh 20:31).


Selengkapnya...

24 Juni 2008

Yesus Mati Untuk Semua Orang Atau Hanya Untuk Yang Percaya?

Alkitab bahwa Tuhan Yesus seorang telah mati bagi semua orang, maka kalau ada seorang tidak percaya kepada Tuhan Yesus, apakah dia akan binasa?

II Kor.5:14 mengatakan, "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk se­mua orang, maka mereka semua sudah mati." Satu orang dalam ayat ini ialah Kristus, dan semua orang yang Dia telah mati untuk mereka adalah seluruh manusia. Jika kematian Tuhan Yesus adalah untuk semua orang, maka sekalipun ada satu orang tidak percaya kepada Tuhan Yesus, seo­lah dia pun tidak seharusnya mati. Tetapi dalam Yoh.3:18 dikatakan, "Barangisiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak tunggal Allah." Kalau begitu bagaimanakah sebenarnya masalahnya baik di aspek keadilan Allah maupun diaspek prosedur Allah?

Mat.20:28 mengatakan, "Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang." I Tim.2:6 mengatakan, "...Kristus Yesus yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia." Apa perbedaan antara "banyak orang" dan "semua manusia" pada kedua ayat tersebut? Matius mengatakan Dia mati "bagi" orang banyak. Orang banyak berarti sejumlah orang yang banyak, mencakup setiap orang yang percaya. Tuhan Yesus memang telah mati bagi banyak orang yang percaya kepada-Nya. Sedangkan Timotius mengatakan "demi” (bagi seharusnya diterjemahkan demi) semua manusia, artinya adalah Tuhan adalah tebusan yang telah tersedia demi semua manusia. Jadi kematian Tuhan Yesus adalah bagi kaum imani, juga demi kaum imani; namun, kematian Tuhan Yesus hanya demi orang dosa, bukan bagi orang dosa. Ruang lingkup mati bagi banyak orang di hadapan Allah hanya sebesar itu. Karenanya, pada satu aspek Tuhan Yesus memang mati demi banyak orang, Ia pun mati bagi banyak o­rang; pada aspek lain Tuhan Yesus memang mati demi semua manusia, tapi tidak mati bagi semua manusia.

II Kor. 5:14: "satu orang sudah mati untuk semua orang". Ini berarti kematian Tuhan Yesus bukan bagi semua orang, melainkan kematianNya itu tersedia untuk dipakai semua manusia. Berbicara tentang semua orang atau semua manusia yang dipakai bukan istilah "bagi", melainkan "untuk" atau "demi". Berarti pada aspek persediaan bahwa kematian Tuhan Yesus adalah demi semua manutia, agar semua manusia ada kesempatan beroleh selamat. Tetapi ketika berbicara tentang kaum imani, istilahnya ialah "untuk" juga "bagi". Maka kematian Tuhan Yesus sangatlah adil. Jika ti­dak, maka lenyaplah keadilan itu. Jadi orang yang di dalam Kristus me­mandang kematianNya adalah bagi dia; tapi orang yang di luar Kristus, memandang kematian Tuhan bukan baginya melainkan demi atau karenanya. Ibarat nasi memang telah tersedia untuk dia, tetapi dia tidak memakan­nya.

I Yoh. 2:2 : "Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh manusia di selutuh dunia” (Tl). Dia tidak saja menjadi pendamaian untuk kita yang telah percaya, tetapi juga untuk orang yang tidak percaya. Namun kita harus jelas, kata “untuk” di sini bukan berarti “bagi.” Karunia keselamatan Allah sudah tersedia, tetapi ketika Anda menerima, barulah Allah menghitung Anda sebagai salah seorang di antara "banyak orang" itu. Memang Kristus telah mati untuk seluruh manusia, kematianNya memang disediakan untuk seluruh manusia, tetapi Dia tidak mati bagi seluruh manusia. Kalau ada orang tidak percaya kepada Kris­tus, ia akan binasa, ini adalah tanggung jawab manusia di hadapan Allah.


Selengkapnya...

Percaya Kepada Anak Allah atau Anak Manusia Yang Membuat Kita Selamat

Kristus sering disebut sebagai Anak manusia dan juga Anak Allah. Alkitab menyuruh kita percaya kepada Anak Allah, apakah artinya?. Apakah orang bisa diselamatkan hanya dengan percaya kepada-Nya sebagai Anak manusia saja?

Ditinggikannya Kristus adalah dalam kualifikasi-Nya sebagai Anak manusia yang merangkul seluruh umat manusia. Karena Kristus telah mati sebagai manusia maka semua orang telah mati pula (1 Kor. 5:14). Perbuatan Adam seorang telah mencakup semua manusia di dalamnya. Pekerjaan Kristus seorang pun telah mencakup semua manusia di dalamnya. Kita harus nampak bahwa Kristus telah mencakup seluruh umat manusia, barulah kita dapat memahami apa itu penebusan.

Ibrani 7:4-10 bertujuan menunjukkan jabatan imam Melkisedek lebih besar dari pada orang-orang Lewi, maka dikatakan bahwa Abraham pernah mempersembahkan sepersepuluh kepada Melkisedek dan menerima berkat dari Melkisedek. Maka Melkisedek lebih besar dari pada orang Lewi. Mengapa? "Sebab dia masih berada dalam tubuh bapak leluhurnya, ketika Melkisedek menyongsong bapak leluhurnya itu" (ayat 10). Kita tahu bah¬wa Abraham melahirkan Iskak, lshak melahirkan Yakub dan Yakub melahirkan Lewi. Lewi adalah cicit Abraham. Ketika Abraham memberi per¬sembahan sepersepuluh dan menerima berkat tidak saja Lewi belum dilahirkan, bahkan ayah dan kakek Lewi pun belum dilahirkan. Namun Alki¬tab menghitung persembahan sepersepuluh dan penerimaan berkat Abraham itu sebagai persembahan sepersepuluh dan penerimaan berkat Lewi pula. Jika Abraham lebih kecil dari pada Melkisedek, Lewi pun pasti lebih kecil dari pada Melkisedek. Perihal ini menjadikan kita mengerti bahwa ketika Adam berbuat dosa, semua manusia telah berada di dalam tubuh Adam, kerenanya semua orang juga telah berdosa. Keti¬ka Kristus mati semua manusia pun berada di dalam Dia, maka semua manusia pun telah mati.

Kristus menjadi Anak Manusia mengakhiri segala sesuatu yang berasal dari Adam; Kristus menjadi Anak Allah memulai ciptaan baru. Kristus adalah Adam yang akhir. Kristus telah mengakhiri ciptaan lama oleh kematian-Nya, dan telah memulai ciptaan baru oleh kebangkitan-Nya. Dia telah menanggulangi dosa oleh maut, dan mengaruniakan hayat kepada kita oleh kebangkitan. Karena itulah Alkitab menyuruh kita percaya kepada Anak Allah.

Percaya kepada Anak Allah berarti percaya akan kebangkitan Tuhan. Sebab oleh kebangkitan-Nya dari kematian dan dengan kuasa besar Dia dinyatakan sebagai Anak Allah (Rm.I:4). Kisah Para Rasul 13:33 memberi tahu kepada kita bahwa kebangkitan Tuhan Yesus justru menggenapkan apa yang tercantum dalam Mazmur 2:7, "Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini."

Jadi kita percaya kepada Anak Allah itu sesuai dengan kebangkitan yang dirampungkan Kristus bagi kita.

Bila manusia hanya percaya kepada Dia sebagai Anak manusia tidaklah dapat diselamatkan; harus percaya bahwa Dia adalah Anak manusia juga Anak Allah barulah dapat diselamatkan. Dia tidak saja telah mati, juga telah dibangkitkan. Dia tidak saja telah menanggung dosa-dosa kita, Dia juga telah meniadakan maut. Dia tidak saja membuat kita tidak binasa, Dia pun membuat kita beroleh hidup yang kekal.



Selengkapnya...

Keterkandungan Yesus dan Yohanes Pembaptis

Di dalam Alkitab kita melihat bahwa keterkandungan Yesus dan Yohanes Pembaptis sama-sama melibatkan Roh Kudus, lalu dimanakah perbedaannya sehingga Yesus dikatakan sebagai inkarnasi Allah sedangkan Yohanes tidak?

Kristus dikandung dari Roh Kudus dengan esens ilahi (Luk 1: 35) dalam seorang dara manusia dengan esens insani (ay. 27-28, 31). Dalam 1:26-56 terdapat catatan tentang keterkandungan-Nya.

Ayat 26-27 mengatakan, "Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria." Galilea adalah sebuah daerah yang tidak terkenal, dan Nazaret adalah sebuah kota yang diremehkan orang (Yoh. 7:52; 1:46). Dara Maria hidup di sebuah kota yang diremehkan di suatu wilayah yang tidak memiliki ketenaran, namun Maria adalah keturunan keluarga raja dari Raja Daud (Luk. 1:31-32; Mat. 1:16).
Menurut 1:28-30, malaikat itu memberi tahu Maria bahwa ia adalah orang yang dikaruniai, orang yang disertai dengan kasih karunia, dan bahwa ia dikaruniai, beroleh kasih karunia, di hadapan Allah.

Kemudian dalam ayat 31 malaikat Gabriel itu melanjutkan berkata, "Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus." "Yesus" adalah kata Yunani yang sama dengan kata Ibrani Yosua (Bil. 13:16), yang berarti Yehova Juruselamat, atau, keselamatan Yehova. Maka, Yesus bukan hanya seorang Manusia melainkan Yehova, dan bukan hanya Yehova, melainkan Yehova menjadi keselamatan kita. Jadi, Dia adalah Penyelamat kita. Dia adalah Yosua kita yang membawa kita masuk ke dalam perhentian (Ibr. 4:8; Mat. 11:28-29), yang adalah diri-Nya sendiri sebagai tanah permai bagi kita.

Dalam Lukas 1:35 kita nampak dengan jelas bahwa Kristus dikandung dari Roh Kudus: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah." Seperti naungan awan di atas gunung pengubahan (Mat. 17:5) dan di atas Kemah Pertemuan (Kel. 40:34, 38). Menurut ayat ini, nampaknya Roh Kudus berada di atas diri Maria hanya sebagai suatu kuat kuasa yang menyebabkan dia dapat mengandung anak yang kudus. Namun, Matius 1:18 dan 20 memberi tahu kita bahwa Maria "mengandung dari Roh Kudus", dan "anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus". Ini menunjukkan bahwa esens ilahi yang berasal dari Roh Kudus telah terkandung dalam rahim Maria sebelum dia melahirkan bagi Yesus. Keterkandungan dari Roh Kudus dalam anak dara manusia, yang digenapkan dengan esens ilahi dan insani, menyusun satu pembauran antara sifat ilahi dengan sifat insani, menghasilkan seorang Manusia-Allah, yaitu seorang yang adalah Allah yang lengkap juga manusia yang sempurna, memiliki sifat ilahi dan sifat insani secara nyata, tetapi tidak menghasilkan sifat ketiga. Inilah Persona Yesus yang paling ajaib dan paling unggul -- Yehova Sang Penyelamat.

Keterkandungan Yohanes Pembaptis dan keterkandungan Yesus Penyelamat itu sangat berbeda dalam esensnya. Keterkandungan Yohanes Pembaptis adalah mujizat Allah, digenapkan dengan esens insani yang telah lanjut usia, hanya dengan kuasa ilahi, tanpa keterlibatan esens ilahi. Karena itu hanya menghasilkan seorang manusia yang dipenuhi Roh Kudus (1:15), tetapi tidak memiliki sifat Allah. Keterkandungan Penyelamat merupakan inkarnasi Allah (Yoh. 1:14), yang tersusun bukan hanya dengan kuat kuasa ilahi, tetapi juga esens ilahi yang ditambahkan kepada esens insani, maka menghasilkan manusia-Allah yang memiliki dua sifat, ilahi dan insani. Dengan demikian menghasilkan manusia-Allah menyatukan diri-Nya sendiri dengan keinsanian agar Dia dapat dinyatakan dalam daging (1 Tim. 3:16) dan dapat menjadi seorang Manusia-Penyelamat (Luk. 2:11).

Selengkapnya...

20 Juni 2008

The Seven Last Words of The Godman

Ketersaliban Kristus berasal dari pihak manusia dan Allah. Da¬lam Kis.2:23,36;3:15 dikatakan Dia disalibkan oleh manusia, sedang dalam Yes.53:6,10 dikatakan Dia disalibkan oleh Allah. Kalau begitu bagian manakah dari ketersalibanNya yang dilakukan manusia, dan bagian manakah yang dilakukan oleh Allah?

Ketika kita membaca Alkitab kita nampak dengan jelas bahwa kematian Kristus di atas salib terdiri dari due aspek, pertama Ia disalibkan oleh manusia, kedua Ia disalibkan oleh Allah. Dari ketujuh perkataan yang diucapkan Tuhan di atas salib kita dapat mengetahui bagian mana dilakukan oleh manusia, bagian mana dilakukan oleh Allah. Tuhan terpancang di atas salib menurut hitungan manusia seluruhnya berlangsung selama enam jam. Tiga jam pertama Tuhan mengucapkan tiga kalimat, dan tiga jam kemudian Ia mengucapkan empat kalimat. Mengapa pada tiga jam pertama Tuhan tidak mengucapkan lebih banyak satu kalimat, pun tidak mengucapkan kurang satu kalimat? Bila kita membaca dengan cermat, kita akan mengetahui bahwa tiga jam pertama itu dilakukan manusia, dan tiga jam kemudian dilakukan oleh Allah.

Tiga jam pertama ialah mulai dari jam sembilan hingga jam dua belas (Mrk.15:25), manusia mengolok-olok, memecut, menghina dan meludahi Tuhan, serta menyalibkan Dia. Semua itu jelas adalah perbuatan manusia.

Tiga jam kemudian atau terakhir yaitu mulai jam dua belas sehingga jam tiga itu dilakukan Allah. Sebab selama waktu itu seluruh bumi menjadi gelap, ini tidak bisa dilakukan manusia. Dan tiba-tiba tirai dalam bait dari atas ke bawah terbelah. Ini pun bukan perbuatan manusia. Bumi pun guncang dan gunung batu terbelah, serta kuburan pun terbuka, semua itu pun bukan perbuatan manusia, melainkan perbuatan Allah semata.

Separuh waktu pertama dari ketersaliban Tuhan Yesus dimanfaatkan sekuat tenaga oleh manusia untuk menghukum Dia; sedangkan separuh waktu terakhir, Allah pun sudah dengan sekuat tenaga menghukum Dia. Separuh waktu pertama adalah manusia dengan sepenuh-penuh hatinya yang membenci Allah dinyatakan di atas salib, sedang separuh waktu yang akhir, adalah Allah dengan sepenuh-penuh hatiNya yang mengasihi manusia dinyatakan di atas salib. Karena itu, ada orang yang mengatakan bahwa salib adalah titik temu antara kasih dan kebencian.

Baiklah sekarang kita terl.ebih dulu meneliti ketiga kalimat yang diucapkan Tuhan pada tiga jam pertama:

Kalimat pertama: "Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk.23:34). Bagaimanakah Allah dapat mengampuni orang-orang yang membunuh orang yang tidak berdosa? Bagaimana Tuhan bisa berdoa demikian? Bila doa ini dikabulkan Allah, bu-kankah itu berarti Allah tidak adil? Kita harus jelas bahwa ketersaliban Tuhan Yesus justru untuk menanggung dosa manusia. Allah yang maha adil hanya dapat mengampuni dosa kita di atas salib, sebab "tanpa pemumpahan darah tidak ada pengampunan." (Ibr.9:22), dan hanya di atas posisi salib barulah Tuhan Yesus bisa berdoa demikian. Jika ti¬dak, maka doaNya itu tidak adil, pengampunan Allah pun tidak adil.

Kalimat kedua: "Aku berkata kepAdamu, sesungguhnya hati ini ju¬ga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk.23: 43). Bagaimana seorang penyamun bisa masuk ke dalam Firdaus? Andaikata semua penyamun bisa masuk ke dalam Firdaus, akan menjadi Firdaus macam apakah itu? Itulah konsepsi manusia. Dalam pandangan Allah, tidak penyamun tidak layak masuk ke dalam Firdaus, sekalipun "orang baik" yang menurut penilaian manusia pun tidak layak masuk ke situ. Karena di dalam Adam semua manusia telah berbuat dosa (Rm.5:12). Tuhan Yesus berkata demikian kepada penyamun yang telah bertobat adalah karena Dia adalah satu-satunya Perantara antara manusia dan Allah. (I Tim.2:5), dan karena Dia adalah Anak Domba Allah (Yoh.1:29). Dengan Roh kekekalan Dia telah mempersembahkan diriNya dengan tanpa bercacat cela kepada Allah, karenanya darahNya dapat menyucikan hati nurani manusia, dan meniadakan atau menyucikan perbuatan-perbuatan kita yang sia-sia (Ibr.9:14).Di dalam Firdaus si penyamun itu tidak lagi menjadi penyamun, melainkan seorang yang hati nuraninya telah disucikan dan tiada perbuatan sia-sia. Demikian pulalah hari ini setiap orang yang menerima Dia, yaitu orang yang percaya dalam namaNya.

Kalimat ketiga: "Ibu,inilah anakmu! - Inilah ibumu!" (Yoh.19: 26,27). Ini menunjukkan kepada kita bahwa karena ketersaliban Tu¬han kita telah menjalin hubungan baru dengan Allah dan sesamanya, menjadi sewarga dengan orang kudus, dan menjadi anggota kekuarga Allah, sehingga kita tidak saja dapat bersekutu dengan Allah, juga da¬pat bersekutu satu dengan yang lain. Tidak saja Yohanes pada masa itu dapat menerima Maria sebagai ibunya karena perkataan Tuhan, Paulus dan semua orang kudus dari abad ke abad di kemudian pun (Rm. 16:13) bisa memiliki perasaan demikian. O, alangkah ajaibnya! Karena hayat memiliki hayat yang sama, sehingga terjadi hubungan baru di antara semua kaum saleh.

Setelah Tuhan Yesus mengucapkan tersebut maka ge¬laplah seluruh bumi. Allah sudah mendengar doa Tuhan. Aliah telah meletakkan dosa seluruh umat manusia ke atas diri Tuhan Yesus. Allah telah membuat yang tidak berdosa menjadi dosa bagi kita. Penyelamatan Allah yang demikian terhadap manusia tidak saja karena kasih ka¬runiaNya, pun tidak hanya karena Allah membelas kasihani kita, juga karena ada seorang yang telah membayar harga bagi kita, dan Dia telah melunaskan setiap sen bagi kita.

Kira-kira pada waktu jam tiga sore Tuhan mengucapkan empat kalimat lagi sebagai berikut:

Kalimat keempat : "AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Banyak kaum martir ketika mereka dianiaya dan disiksa dengan hukumam sadis tiada memperlihatkan kesedihan atau kasihan barang sedikitpun, sebaliknya mereka merasa ketika itu Allah sangat dekat dan mesra dengan mereka. Namun, Tuhan kita yang tunduk ke¬pada Allah seumur hidupNya, jika ketersalibanNya hanya karena dia¬niaya oleh manusia, bukankah Allah seharusnya lebih menghampiri Dia? Mengapa ketika manusia menolak Dia, Allahpun menolakNya? Puji syukur pada Allah! Ketersaliban Tuhan kita bukanlah semacam mati martir, melainkan mati karena menanggung dosa semua orang. Allahlah yang menaruh pikulan dosa itu ke atas diriNya, dan Allahlah yang menyalibkan Dia hingga mati. Setelah Tuhan mengucapkan tiga kalimat di muka maka Allah mendengar doa Tuhan Yesus sehingga Ia menaruh dosa semua manusia ke atas tubuh Tuhan. Tuhan tahu ketika itu Allah meninggalkan Dia.

Kalimat kelima: "Aku haus!" (Yoh.19:28). Kehausan itu keadaan di dalam neraka. Kehausan adalah ciri-ciri penderitaan di dalam neraka. Dalam Luk.16 kita nampak ketika si hartawan berada di dalam alam maut, di sana tidak ada air. Maka tidak ada satu tempat yang lebih menghauskan dari pada neraka. Karena ketika itu Tuhan sedang menanggung dosa dan menerima hukuman neraka bagi manusia; Ia mengalami maut bagi semua manusia. (Ibr.2:9).

Kalimat keenam : "sudah selesai." (Yoh.19:30). Kalimat ini mengacu kepada selesainya karya penebusan Tuhan. Dia telah menang¬gung dosa bagi manusia dan menerima hukuman dosa.

Kalimat ketujuh : "Ya Bapa, ke dalam tanganMu, Kuserahkan nya¬waKU." (Luk.23:46). Tuhan terlebih dulu mengatakan "AllahKu, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?". Itu karena Tuhan berada pada posisi menanggung dosa. Saat ini Ia berkata, "Ya Bapa," itu sebab karya penebusanNya telah selesai, dan hubunganNya dengan Bapa te¬lah terpulih lagi. Tuhan sendirilah yang menyerahkan nyawaNya kepada Allah. Kata Tuhan, "Tidak seorangpun mengambil (nyawa)-Nya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh. 10:18). Jika tidak, seratus buah salib pun tidak dapat mengambil nyawa Tuhan.

Dengan cara teradil dosa kita telah ditiadakan oleh Tuhan. Bertumpu pada keadilanNya, Allah tidak dapat mengampuni atau tidak mengampuni sesuka hatinya, melainkan Dia harus mengampuni kita, sebab Kristus sudah mati dan sudah menjadi korban tebusan dosa.

Atau mungkin ada orang bertanya: karya penebusan baru genap setelah kematian Tuhan di atas salib, mengapa sebelum kematianNya Dia pun bisa mengampuni dosa orang? Ini dikarenakan walaupun Kristus belum mati, Allah sudah menghitung ketersalibanNya sudah rampung. Yoh. 3:15 mengatakan, "supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.". Yoh.6:54 mengatakan, "Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal." Ayat-ayat ini berarti ketika Tuhan di bumi, orang-orang yang percaya kepadaNya sudah beroleh hidup kekal. Why.13:8 mengatakan, "...sejak dunia dijadikan...Anak Domba yang telah disembelih." Tuhan adalah Anak Domba yang sejak dunia dijadikan telah disembelih. Maka gereja tidak terbatas oleh ruang (sebab Tubuh Kristus itu bersatu adanya), dan salib tidak terbatas oleh waktu (sebab dalam Perjanjian Lama Allah pun dapat mengampuni manusia). Dalam Perjanjian Lama, barangsiapa yang membunuh orang dengan tidak sengaja yang melarikan diri ke kota perlindungan maka tiada orang yang boleh menuntut pembalasan. Tetapi ia baru dibebaskan bila imam besar sudah mati (Bil.30:25-28). Ini menandakan sebelum kematian Kristus, bila ada orang berlindung di dalam Kristus, ia akan aman, dan setelah Kristus mati ia akan dibebaskan.

Selengkapnya...

17 Juni 2008

Mengapa dalam penebusan Allah Kristus harus sekaligus sebagai manusia dan Allah?

Misalkan ada tiga orang : A, B, dan C. Si C telah berbuat dosa lalu si A menyuruh si B mati baginya. Ini berarti si A menaruh kasih terhadap si C, dan si C telah memenuhi tuntutan hukum Taurat. Akan tetapi bagaimana dengan si B, bukankah itu tidak adil? Saya telah berdosa dan Allah menyuruh Kristus mati buat saya, ini memang berarti Allah menaruh kasih terhadap saya dan saya pun sudah memenuhi tuntutan hukum Taurat, tetapi ini akan tidak adil terhadap Kristus. Maka Kristus harus sekaligus sebagai manusia dan Allah, itu barulah adil.


Pertama kita harus tahu apa itu pengampunan? Pengampunan berarti sang pengampun itu sendiri terkena rugi, yakni sang pengampun sendiri dirugikan oleh si penerima ampun itu. Ini ibarat ada orang meminjam uang Anda 10 dollar, Anda lalu mengampuni dia, itu boleh dikata Anda dirugkan 10 dollar.

Di dalam jalan penebusan Allah Kristus tidak seharusnya menjadi oknum ketiga. Jika Kristus menjadi oknum ketiga, itu berarti Allah tidak adil terhadapNya. Sebab Dia tidak berdosa, sudah tentu Dia tidak seharusnya mati. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa manusialah yang berdosa, dan Allahlah yang didurhakai, maka hubungan di sini adalah hubungan antara manusia dengan Allah. Jika Allah menyuruh oknum ketiga yang mati sebagai pengganti, itu mungkin keadilan Allah terpenuhi dan tuntutan hukum Taurat telah dipenuhi pula bagi manusia, namun bagi oknum ketiga hal itu tidaklah adil. Maka hanya bila Kristus sekaligus sebagai manusia dan Allah, barulah adil adanya.

Mikha 6:6-7 mengatakan, ”Dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah Tuhan kepada ribuan domba jantan, puluhan ribu curahan minyak? Akan ku persembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri? “Di sini dukatakan jika kita telah berdosa kepada Allah, tidak saja persembahan lembu dan domba tidak berguna, semua korbanpun tidak berguna, bahkan mempersembahkan anak kandungan kitapun tidak ada gunanya. Karena itu Kristus harus sebagai Allah barulah Dia tidak menjadi oknum ketiga. Sebab Kristus sendiri adalah yang didurhakai. Hanya karena Kristus sebagai Allahlah maka karya penebusan barulah adil. Sebaliknya, karena usaha penebusan itu adil maka Kristus haruslah sebagai Allah, sebab oknum yang didosai baru dapat mengampuni orang yang mendosainya. Siapa gerangan yang dapat mengatakan pengampunan itu tidak adil? Kristus adalah Allah, Dialah yang didosai, maka Dia dapat mengampuni manusia.

Rm. 7:10 mengatakan, ”Perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian.” 6:23 mengatakan, “Upah dosa itu maut.” Ini menunjukkan kepada kita seorang baru bisa beroleh hidup bila ia telah melakukan hukum Taurat seluruhnya. Jika tidak ia pasti harus mati. Maka bila Tuhan ingin membuat kita beroleh hidup, Ia sendiri harus menderita rugi karena dosa, Dia harus mati. Akan tetapi, dikatakan dalam I Tim. 6:16 bahwa Dialah yang satu2nya tidak takluk kepada maut. “Karenanya Kristus harus sekaligus sebagai manusia dan Allah barulah Dia dapat mati sebagai pengganti kita. Dan Dia harus membawa tubuh barulah bisa mati bagi kita. Dia adalah Allah, barulah adil penyelamatanNya terhadap manusia; Dia adalah manusia juga, barulah Dia mungkin menyelamatkan manusia.


Selengkapnya...