20 Juni 2008

The Seven Last Words of The Godman

Ketersaliban Kristus berasal dari pihak manusia dan Allah. Da¬lam Kis.2:23,36;3:15 dikatakan Dia disalibkan oleh manusia, sedang dalam Yes.53:6,10 dikatakan Dia disalibkan oleh Allah. Kalau begitu bagian manakah dari ketersalibanNya yang dilakukan manusia, dan bagian manakah yang dilakukan oleh Allah?

Ketika kita membaca Alkitab kita nampak dengan jelas bahwa kematian Kristus di atas salib terdiri dari due aspek, pertama Ia disalibkan oleh manusia, kedua Ia disalibkan oleh Allah. Dari ketujuh perkataan yang diucapkan Tuhan di atas salib kita dapat mengetahui bagian mana dilakukan oleh manusia, bagian mana dilakukan oleh Allah. Tuhan terpancang di atas salib menurut hitungan manusia seluruhnya berlangsung selama enam jam. Tiga jam pertama Tuhan mengucapkan tiga kalimat, dan tiga jam kemudian Ia mengucapkan empat kalimat. Mengapa pada tiga jam pertama Tuhan tidak mengucapkan lebih banyak satu kalimat, pun tidak mengucapkan kurang satu kalimat? Bila kita membaca dengan cermat, kita akan mengetahui bahwa tiga jam pertama itu dilakukan manusia, dan tiga jam kemudian dilakukan oleh Allah.

Tiga jam pertama ialah mulai dari jam sembilan hingga jam dua belas (Mrk.15:25), manusia mengolok-olok, memecut, menghina dan meludahi Tuhan, serta menyalibkan Dia. Semua itu jelas adalah perbuatan manusia.

Tiga jam kemudian atau terakhir yaitu mulai jam dua belas sehingga jam tiga itu dilakukan Allah. Sebab selama waktu itu seluruh bumi menjadi gelap, ini tidak bisa dilakukan manusia. Dan tiba-tiba tirai dalam bait dari atas ke bawah terbelah. Ini pun bukan perbuatan manusia. Bumi pun guncang dan gunung batu terbelah, serta kuburan pun terbuka, semua itu pun bukan perbuatan manusia, melainkan perbuatan Allah semata.

Separuh waktu pertama dari ketersaliban Tuhan Yesus dimanfaatkan sekuat tenaga oleh manusia untuk menghukum Dia; sedangkan separuh waktu terakhir, Allah pun sudah dengan sekuat tenaga menghukum Dia. Separuh waktu pertama adalah manusia dengan sepenuh-penuh hatinya yang membenci Allah dinyatakan di atas salib, sedang separuh waktu yang akhir, adalah Allah dengan sepenuh-penuh hatiNya yang mengasihi manusia dinyatakan di atas salib. Karena itu, ada orang yang mengatakan bahwa salib adalah titik temu antara kasih dan kebencian.

Baiklah sekarang kita terl.ebih dulu meneliti ketiga kalimat yang diucapkan Tuhan pada tiga jam pertama:

Kalimat pertama: "Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk.23:34). Bagaimanakah Allah dapat mengampuni orang-orang yang membunuh orang yang tidak berdosa? Bagaimana Tuhan bisa berdoa demikian? Bila doa ini dikabulkan Allah, bu-kankah itu berarti Allah tidak adil? Kita harus jelas bahwa ketersaliban Tuhan Yesus justru untuk menanggung dosa manusia. Allah yang maha adil hanya dapat mengampuni dosa kita di atas salib, sebab "tanpa pemumpahan darah tidak ada pengampunan." (Ibr.9:22), dan hanya di atas posisi salib barulah Tuhan Yesus bisa berdoa demikian. Jika ti¬dak, maka doaNya itu tidak adil, pengampunan Allah pun tidak adil.

Kalimat kedua: "Aku berkata kepAdamu, sesungguhnya hati ini ju¬ga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk.23: 43). Bagaimana seorang penyamun bisa masuk ke dalam Firdaus? Andaikata semua penyamun bisa masuk ke dalam Firdaus, akan menjadi Firdaus macam apakah itu? Itulah konsepsi manusia. Dalam pandangan Allah, tidak penyamun tidak layak masuk ke dalam Firdaus, sekalipun "orang baik" yang menurut penilaian manusia pun tidak layak masuk ke situ. Karena di dalam Adam semua manusia telah berbuat dosa (Rm.5:12). Tuhan Yesus berkata demikian kepada penyamun yang telah bertobat adalah karena Dia adalah satu-satunya Perantara antara manusia dan Allah. (I Tim.2:5), dan karena Dia adalah Anak Domba Allah (Yoh.1:29). Dengan Roh kekekalan Dia telah mempersembahkan diriNya dengan tanpa bercacat cela kepada Allah, karenanya darahNya dapat menyucikan hati nurani manusia, dan meniadakan atau menyucikan perbuatan-perbuatan kita yang sia-sia (Ibr.9:14).Di dalam Firdaus si penyamun itu tidak lagi menjadi penyamun, melainkan seorang yang hati nuraninya telah disucikan dan tiada perbuatan sia-sia. Demikian pulalah hari ini setiap orang yang menerima Dia, yaitu orang yang percaya dalam namaNya.

Kalimat ketiga: "Ibu,inilah anakmu! - Inilah ibumu!" (Yoh.19: 26,27). Ini menunjukkan kepada kita bahwa karena ketersaliban Tu¬han kita telah menjalin hubungan baru dengan Allah dan sesamanya, menjadi sewarga dengan orang kudus, dan menjadi anggota kekuarga Allah, sehingga kita tidak saja dapat bersekutu dengan Allah, juga da¬pat bersekutu satu dengan yang lain. Tidak saja Yohanes pada masa itu dapat menerima Maria sebagai ibunya karena perkataan Tuhan, Paulus dan semua orang kudus dari abad ke abad di kemudian pun (Rm. 16:13) bisa memiliki perasaan demikian. O, alangkah ajaibnya! Karena hayat memiliki hayat yang sama, sehingga terjadi hubungan baru di antara semua kaum saleh.

Setelah Tuhan Yesus mengucapkan tersebut maka ge¬laplah seluruh bumi. Allah sudah mendengar doa Tuhan. Aliah telah meletakkan dosa seluruh umat manusia ke atas diri Tuhan Yesus. Allah telah membuat yang tidak berdosa menjadi dosa bagi kita. Penyelamatan Allah yang demikian terhadap manusia tidak saja karena kasih ka¬runiaNya, pun tidak hanya karena Allah membelas kasihani kita, juga karena ada seorang yang telah membayar harga bagi kita, dan Dia telah melunaskan setiap sen bagi kita.

Kira-kira pada waktu jam tiga sore Tuhan mengucapkan empat kalimat lagi sebagai berikut:

Kalimat keempat : "AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Banyak kaum martir ketika mereka dianiaya dan disiksa dengan hukumam sadis tiada memperlihatkan kesedihan atau kasihan barang sedikitpun, sebaliknya mereka merasa ketika itu Allah sangat dekat dan mesra dengan mereka. Namun, Tuhan kita yang tunduk ke¬pada Allah seumur hidupNya, jika ketersalibanNya hanya karena dia¬niaya oleh manusia, bukankah Allah seharusnya lebih menghampiri Dia? Mengapa ketika manusia menolak Dia, Allahpun menolakNya? Puji syukur pada Allah! Ketersaliban Tuhan kita bukanlah semacam mati martir, melainkan mati karena menanggung dosa semua orang. Allahlah yang menaruh pikulan dosa itu ke atas diriNya, dan Allahlah yang menyalibkan Dia hingga mati. Setelah Tuhan mengucapkan tiga kalimat di muka maka Allah mendengar doa Tuhan Yesus sehingga Ia menaruh dosa semua manusia ke atas tubuh Tuhan. Tuhan tahu ketika itu Allah meninggalkan Dia.

Kalimat kelima: "Aku haus!" (Yoh.19:28). Kehausan itu keadaan di dalam neraka. Kehausan adalah ciri-ciri penderitaan di dalam neraka. Dalam Luk.16 kita nampak ketika si hartawan berada di dalam alam maut, di sana tidak ada air. Maka tidak ada satu tempat yang lebih menghauskan dari pada neraka. Karena ketika itu Tuhan sedang menanggung dosa dan menerima hukuman neraka bagi manusia; Ia mengalami maut bagi semua manusia. (Ibr.2:9).

Kalimat keenam : "sudah selesai." (Yoh.19:30). Kalimat ini mengacu kepada selesainya karya penebusan Tuhan. Dia telah menang¬gung dosa bagi manusia dan menerima hukuman dosa.

Kalimat ketujuh : "Ya Bapa, ke dalam tanganMu, Kuserahkan nya¬waKU." (Luk.23:46). Tuhan terlebih dulu mengatakan "AllahKu, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?". Itu karena Tuhan berada pada posisi menanggung dosa. Saat ini Ia berkata, "Ya Bapa," itu sebab karya penebusanNya telah selesai, dan hubunganNya dengan Bapa te¬lah terpulih lagi. Tuhan sendirilah yang menyerahkan nyawaNya kepada Allah. Kata Tuhan, "Tidak seorangpun mengambil (nyawa)-Nya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh. 10:18). Jika tidak, seratus buah salib pun tidak dapat mengambil nyawa Tuhan.

Dengan cara teradil dosa kita telah ditiadakan oleh Tuhan. Bertumpu pada keadilanNya, Allah tidak dapat mengampuni atau tidak mengampuni sesuka hatinya, melainkan Dia harus mengampuni kita, sebab Kristus sudah mati dan sudah menjadi korban tebusan dosa.

Atau mungkin ada orang bertanya: karya penebusan baru genap setelah kematian Tuhan di atas salib, mengapa sebelum kematianNya Dia pun bisa mengampuni dosa orang? Ini dikarenakan walaupun Kristus belum mati, Allah sudah menghitung ketersalibanNya sudah rampung. Yoh. 3:15 mengatakan, "supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.". Yoh.6:54 mengatakan, "Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal." Ayat-ayat ini berarti ketika Tuhan di bumi, orang-orang yang percaya kepadaNya sudah beroleh hidup kekal. Why.13:8 mengatakan, "...sejak dunia dijadikan...Anak Domba yang telah disembelih." Tuhan adalah Anak Domba yang sejak dunia dijadikan telah disembelih. Maka gereja tidak terbatas oleh ruang (sebab Tubuh Kristus itu bersatu adanya), dan salib tidak terbatas oleh waktu (sebab dalam Perjanjian Lama Allah pun dapat mengampuni manusia). Dalam Perjanjian Lama, barangsiapa yang membunuh orang dengan tidak sengaja yang melarikan diri ke kota perlindungan maka tiada orang yang boleh menuntut pembalasan. Tetapi ia baru dibebaskan bila imam besar sudah mati (Bil.30:25-28). Ini menandakan sebelum kematian Kristus, bila ada orang berlindung di dalam Kristus, ia akan aman, dan setelah Kristus mati ia akan dibebaskan.