17 Juni 2008

Mengapa dalam penebusan Allah Kristus harus sekaligus sebagai manusia dan Allah?

Misalkan ada tiga orang : A, B, dan C. Si C telah berbuat dosa lalu si A menyuruh si B mati baginya. Ini berarti si A menaruh kasih terhadap si C, dan si C telah memenuhi tuntutan hukum Taurat. Akan tetapi bagaimana dengan si B, bukankah itu tidak adil? Saya telah berdosa dan Allah menyuruh Kristus mati buat saya, ini memang berarti Allah menaruh kasih terhadap saya dan saya pun sudah memenuhi tuntutan hukum Taurat, tetapi ini akan tidak adil terhadap Kristus. Maka Kristus harus sekaligus sebagai manusia dan Allah, itu barulah adil.


Pertama kita harus tahu apa itu pengampunan? Pengampunan berarti sang pengampun itu sendiri terkena rugi, yakni sang pengampun sendiri dirugikan oleh si penerima ampun itu. Ini ibarat ada orang meminjam uang Anda 10 dollar, Anda lalu mengampuni dia, itu boleh dikata Anda dirugkan 10 dollar.

Di dalam jalan penebusan Allah Kristus tidak seharusnya menjadi oknum ketiga. Jika Kristus menjadi oknum ketiga, itu berarti Allah tidak adil terhadapNya. Sebab Dia tidak berdosa, sudah tentu Dia tidak seharusnya mati. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa manusialah yang berdosa, dan Allahlah yang didurhakai, maka hubungan di sini adalah hubungan antara manusia dengan Allah. Jika Allah menyuruh oknum ketiga yang mati sebagai pengganti, itu mungkin keadilan Allah terpenuhi dan tuntutan hukum Taurat telah dipenuhi pula bagi manusia, namun bagi oknum ketiga hal itu tidaklah adil. Maka hanya bila Kristus sekaligus sebagai manusia dan Allah, barulah adil adanya.

Mikha 6:6-7 mengatakan, ”Dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah Tuhan kepada ribuan domba jantan, puluhan ribu curahan minyak? Akan ku persembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri? “Di sini dukatakan jika kita telah berdosa kepada Allah, tidak saja persembahan lembu dan domba tidak berguna, semua korbanpun tidak berguna, bahkan mempersembahkan anak kandungan kitapun tidak ada gunanya. Karena itu Kristus harus sebagai Allah barulah Dia tidak menjadi oknum ketiga. Sebab Kristus sendiri adalah yang didurhakai. Hanya karena Kristus sebagai Allahlah maka karya penebusan barulah adil. Sebaliknya, karena usaha penebusan itu adil maka Kristus haruslah sebagai Allah, sebab oknum yang didosai baru dapat mengampuni orang yang mendosainya. Siapa gerangan yang dapat mengatakan pengampunan itu tidak adil? Kristus adalah Allah, Dialah yang didosai, maka Dia dapat mengampuni manusia.

Rm. 7:10 mengatakan, ”Perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian.” 6:23 mengatakan, “Upah dosa itu maut.” Ini menunjukkan kepada kita seorang baru bisa beroleh hidup bila ia telah melakukan hukum Taurat seluruhnya. Jika tidak ia pasti harus mati. Maka bila Tuhan ingin membuat kita beroleh hidup, Ia sendiri harus menderita rugi karena dosa, Dia harus mati. Akan tetapi, dikatakan dalam I Tim. 6:16 bahwa Dialah yang satu2nya tidak takluk kepada maut. “Karenanya Kristus harus sekaligus sebagai manusia dan Allah barulah Dia dapat mati sebagai pengganti kita. Dan Dia harus membawa tubuh barulah bisa mati bagi kita. Dia adalah Allah, barulah adil penyelamatanNya terhadap manusia; Dia adalah manusia juga, barulah Dia mungkin menyelamatkan manusia.